KASMAMTA Foundation

Icon

Beasiswa untuk SMA MTA

Buat Apa Uang Seribu Rupiah?

uang seribuBagi anda yang aktif berselancar di dunia maya baik melalui warnet, komputer pribadi, atau ponsel rasanya pernah membaca postingan yang berupa dialog antara dua karakter. Metafora tersebut merupakan dialog antara pecahan uang seribu rupiah dengan seratus ribu rupiah. Di tahun 2011 ini, pecahan seribu adalah lembarabn uang kertas terkecil dan seratus ribu adalah sebaliknya, yang terbesar.

Dan, uang seribu rupiah hanya senilai roti sebesar genggaman orang dewasa dan tidak terlalu mengenyangkan untuk mengganjal perut. Dan, uang seratus ribu rupiah cukup untuk makan secara wajar sejumlah 10 porsi ala restoran A&W alias ala warteg.

Dialog yang miris dan dramatis itu menceritakan pengalaman masing-masing uang tersebut. Si seribu rupiah tampilannya sangat mengenaskan. Sangat lecek dan jauh dari kesan rapi. Dan dalam beberapa situasi hanya terlihat angka 1000-nya saja. Sangat ironis dengan si seratus ribu. Penampilannya sangat necis dan sering kali mengkilat bahkan wangi.

Perbedaan mencolok tampilan fisik itu tidak lepas dari tempat mana saja yang disinggahi keduanya. Si seribu lebih sering berpindah tangan, berganti pemilik, digunakan untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan, dan yang paling sering adalah keluar masuk kotak amal bak residivis keluar masuk sel. Sementara si seratus ribu, tampilannya yang kinclong menyiratkan bahwa hanya sedikit orang yang pernah memegangnya, terkesan ekslusif dan sombong, dan tempat yang paling sering disinggahinya adalah atm, mall, diskotik, hotel dan kalaupun pernah ke pasar hanya dalam hitungan jari saja.

Jika dilihat kontribusi riilnya, si seribu benar-benar menggerakkan ekonomi rakyat kecil sekalipun yang tinggal di lorong sempit, pengap dan penuh sesak. Dan si seratus ribu lebih sering berbau glamornya dunia dan tak jarang menjadi teman akrab birokrasi dhalim.

Membandingkan si seribu dengan si seratus ribu tidaklah cukup melihat tampuilan fisik semata. Penampilan bisa menipu dan bahkan sengaja untuk menipu. Peran dan kerja nyata lebih bisa digunakan untuk membuat komparasi apple to apple antara keduanya. Si seribu yang sering keluar masuk kotak amal berarti banyak orang tergerak untuk berinfak yang kelak dikonversi mnjadi tabungan kebaikan di akhirat. Sementara si seratus ribu, lebih sering mencium dunia hedon nan sekuler. Alih-alih memperbanyak tabungan kebaikan di akhirat, menjadi penyumbang pahala pun belum tentu.

Begitulah gambaran nyata hubungan antara potensi dan kerja nyata. Potensi yang besar tanpa aktualisasi yang benar justru bisa menyesatkan. Potensi terbatas dengan kerja nyata membangun umat, bisa memajukan umat. Dan, bentuk idealnya adalah potensu besar dan aktualisasi yang nyata benarnya.

Sahabat, di dompet-dompet kita manakah yang menjadi residivis kotak amal dan manakah yang lebih sering mampir di dunia dugem? Sering kali kita berpikir seribu satu kali untuk berinfak seratus ribu setiap jumat. Dan tak pernah berpikir panjang ketika kita gunakan untuk hal yang mendekati laghaa, misalnya makan-makan yang berlebihan. Bahkan uang seribu pun, pada kenyataannya sangan sulit untuk dimasukkan ke kotak infak dibanding untuk membayar parkir atau wc umum. Separah inikah? Sahabat tidak percaya? Silakan amati setiap sholat jumat, berapa kali kotak infak berhenti untuk diisi walopun hanya dengan uang seribu rupiah.

Walau uang seribu adalah pecahan terkecil dan sering dianaktirikan tapi ketahuilah sobat si seribu ketika dikeluarkan oleh 150juta orang maka nilainya menjadi 150milyar. Sedangkan seratus ribu, ketika tidak pernah mampir ke kotak amal maka dia tak bernilai sama sekali. Nilai ini adalah di mata اَللّهُ, nilai yang diwujudkan melalui gerakan nyata berinfak.

Sahabat, kasmamta foundation merupakan sebentuk kerja nyata kami alumni sma mta untuk berkontribusi nyata membantu adik-adik yang sedang belajar di sma mta tercinta. Sebab tidak semua murid bisa merasakan nikmatnya uang seribu rupiah.

Sahabat, mari gerakkan hati kita, tangan kita, pikiran kita, walau hanya selembar seribuan, titipkanlah kepada kasmamta foundation demi membantu adik-adik di sma mta yang bernasib kurang beruntung. Demi menggerakkan geliat belajar murid sma mta. Dan demi menabung untuk akhirat kita.

Tak perlulah enggan, sungkan, apalagi malu untuk berkontribusi dalam menghimpun dana. Dan berbahagialah sobat yang barangkali telah mampu berkontribusi dalam rupa seratus ribuan. Dengan satu niat tulus menggerakkan umat dalam mempersiapkan generasi rabbani nan madani, penulis mengetuk setiap hati kita untuk turut berjihad bi amwal.

Akhir kata, kami tunggu partisipasi rekan-rekan alumni atau siapapun Anda mengisi tromol beasiswa kasmamta foundation. Kami tidak mengharapkan imbalan apapun dari kegiatan ini apalagi sekedar ucapan terimakasih. Tentu hanya ridha اَللّهُ lah yang kita harapkan semua.

By: Sukarno

Filed under: Renungan

Leave a comment